Tidak lama setelah goyangan 6,2 M membuat bumi Manakarra bergetar, saya mendapat telpon dari Zahrah di Botteng Utara yang mengabarkan kondisi Pasada yang parah setelah terdampak gempa 6.2 Magnitudo. Saya pun segera menyampaikan ke grup internal Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat mengabarkan berita yang kami dapatkan via telpon. Tapi karena gangguan jaringan telekomunikasi mebuat koordinasi sangat lambat.
Setelah itu pukul 04.30 pesan baru masuk ke Handhphone :
“Kak Saya Zahrah”
Minta tolong kak, kami butuh obat-obatan, banyak yang cedera disini, terutama kami butuh cairan. Tidak ada obat di pustu, tadi kepuskesmas hanya dapat sedikit cairan infus. Rumah di sini roboh semua. Tolong Kak. Tidak bisa kirim gambar karena tidka ada jaringan internet”
Jam 4.27 dapat balasan di wa grup dinkes : adaya info jkantor gubernur Sulawesi Barat roboh.
“Mamuju kota banyak tertimbun juga bangunan pak saleh, Klinik dr adriani runtuh, semua butuh banyak bantuan…banyak yg trtimbun” demikian salah satu jawaban pesan di grup.
–
Setelah Sholat subuh saya menuju Rumah Sakit Provinsi untuk mengecek kondisi pelayanan kesehatan di Rumah sakit.
Puluhan korban di rawat dan ditangani di emperan depan Gedung UGD. Darah berceceran dilantai. Beberapa brankar berisi korban gempa yang sudah tak bernyawa lagi Nampak di sisi kanan Gedung UGD. Suara isak tangis keluarga korban
Setelah itu bertolak menuju kantor Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat di Rangas setelah komunikasi dengan Udin dan Budi rekan dikantor yang telah standby bersama dengan Kepala Dinas kesehatan di Kantor.
Situasi kantor gubernur yang ambruk dan membuat 2 tenaga security terperangkap membuat sebagiana besar perhatian pemerintah provinsi fokus untuk evakuasi korban yang terperangkap dalam reruntuhan.
Dinas Kesehatan melakukan koordinasi dengan beberapa pihak dan akhirnya tersedia 2 ambulance untuk persiapan evakuasi. Ambulance PMI dan BPBD Provinsi Sulawesi Barat disiagakan di depan reruntuhan kantor Gubernur.
Adanya beberapa peralatan di ambulance yang tidka standar seperti gas oksigen dan peralatan lainnya yang tidak ada di kendaraan menjadi catatan kita bersama untuk evaluasi kedepan.
Udin, Budi bersama dengan dr. Alief sangat dan bolak balik kesana kemari untuk mempersiapkan ambulance tersebut.
–
Selain itu pada pukul 08.15 pagi terbentuk grup Whatss App Respon Gempa Sulbar untuk koordinasi Bantuan personel dan logistik yang akan masuk ke Sulawesi Barat.
Kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan pada awal terjadinya gempa di hari pertama adalah tenda karena musim hujan, baik tenda pelayanan medis, atau tenda pengungsi, obat obatan , genset, makanan, tim evakuasi dan tim medis
Setelah komunikasi intens sampai siang hari, Pak Amos bersama tim dari kabupaten Mamasa setelah melakukan komunikasi dengan Pusat Krisis Kesehatan melakukan inisiasi Klaster Kesehatan di depan reruntuhan kantor Gubernur Sulawesi Barat.
Tenda milik pemerintah provinsi Sulawesi Barat berukuran kuranag lebih 2 x2 meter jadi semacam sekretariat untuk melakukan koordinasi penanganana gempa khususnya di bidang kesehatan.
Beberapa relawan pada hari pertama yang hadir di posko adalah TRC dan tim medis kabupaten Mamasa yang sangat banyak membantu.
Tim Provinsi pun melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial untuk dipasangkan tenda keluarga untuk pelayanan sekretariat relawan kesehatan di tempat yang sama.
Menjelang magrib bersama dengan Pak Amos kami membuat Rapid Health Assesment (RHA) gempa Sulawesi barat untuk segera disampaikan ke Pusat Krisis Kesehatan yang berisi informas tim yang siap saat ini dilapangan, kondisi sarana dan prasaran pelayanan kesehatan, lokasi pengungsian dan informasi korban jiwa.
Mamuju, 16 Januari 2021