Kamis sore, 11 Juli 2024, menjadi hari yang tak terlupakan. Hujan lebat nan keras mengiringi perjalanan saya menuju Masjid Muhammad Cheng Ho di Randomayang, Pasangkayu. Sebuah perjalanan yang sudah lama saya nantikan, untuk menyaksikan langsung keunikan masjid bernuansa Tionghoa pertama di Sulawesi Barat ini. Masjid ini berdiri megah di atas lahan PT Randomayang Tambak Lestari, dengan bangunan seluas 1.020 meter persegi dan total area keseluruhan mencapai 1.734 meter persegi.
Setibanya di sana, mata saya langsung tertuju pada arsitektur yang begitu berbeda dan menawan. Ornamen-ornamen bernuansa China menghiasi setiap sudut masjid, memberikan sentuhan artistik yang memukau dan menciptakan suasana yang khas. Peresmian masjid ini dilakukan oleh Prof. Zudan, pj gubernus yang kharismatik pada awal tahun 2024 lalu, menandai selesainya proses pembangunan yang ternyata menarik perhatian banyak orang.
Saat melangkahkan kaki masuk ke area masjid, saya disambut oleh gapura besar dengan desain yang khas. Kombinasi warna merah dan emas yang dominan memberikan kesan elegan dan megah. Di pintu masuk, ukiran-ukiran yang halus dan detil memperlihatkan sentuhan seni Tionghoa yang begitu kental.
Memasuki bagian dalam masjid, kenyamanan langsung terasa. Pendingin udara (AC) membuat suasana menjadi sejuk dan tenang, sangat kontras dengan panas di luar. Ornamen warna-warni khas China menghiasi interior masjid, menciptakan atmosfer yang harmonis dan penuh makna. Setiap detail interior, mulai dari lampion-lampion merah yang menggantung yang diselaraskan dengan gaya Tionghoa, menunjukkan betapa indahnya perpaduan dua budaya ini.
Malam itu, saya berkesempatan makan malam bersama teman – teman tim Dinas Kesehatan di pelataran masjid. Halamannya yang luas dan ramah disabilitas menambah kenyamanan kami. Masjid ini menyediakan akses dan fasilitas disabilitas, termasuk toilet khusus, sehingga semua jamaah dapat beribadah dengan nyaman. Sambil menikmati hidangan yang sederhana namun lezat, kami berbincang tentang betapa luar biasanya masjid ini.
Suasana malam itu terasa sangat hangat dan bersahabat. Hembusan angin malam yang lembut serta gemerlap lampu di sekitar masjid menambah keindahan malam itu. Di pelataran, beberapa anak bermain dengan riang, sementara orang dewasa duduk santai sambil berbincang. Terlihat jelas bagaimana masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi masyarakat sekitar.
Masjid Muhammad Cheng Ho merupakan simbol keragaman budaya yang harmonis di Sulawesi Barat. Keberadaannya menunjukkan betapa Indonesia, dengan segala perbedaan budayanya, dapat bersatu dalam harmoni. Ornamen-ornamen bernuansa China yang menghiasi setiap sudut masjid memberikan sentuhan artistik yang memukau dan menciptakan suasana yang khas.
Keberadaan masjid ini juga menggambarkan sejarah panjang interaksi budaya antara Tionghoa dan masyarakat lokal. Cheng Ho, seorang laksamana Tionghoa Muslim yang terkenal dengan pelayaran-pelayarannya ke berbagai penjuru dunia, menjadi inspirasi nama masjid ini. Cheng Ho tidak hanya dikenal sebagai pelaut, tetapi juga sebagai penyebar damai dan harmoni antarbangsa. Nama ini mengandung makna yang dalam, yaitu penggabungan nilai-nilai keislaman dengan budaya Tionghoa yang kaya akan sejarah.
Masjid Muhammad Cheng Ho bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata religi di Sulawesi Barat. Dengan pengelolaan yang baik, masjid ini dapat menarik banyak pengunjung yang ingin melihat keunikan dan keindahannya. Keberadaan masjid ini dapat menjadi ikon baru yang memperkaya budaya dan pariwisata di bumi Sulawesi Barat.
Potensi ini semakin besar mengingat masjid ini tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur, tetapi juga pengalaman spiritual dan budaya yang mendalam. Wisatawan dapat merasakan ketenangan beribadah di tempat yang nyaman, sekaligus mempelajari sejarah dan kebudayaan yang terwujud dalam setiap detail bangunan. Hal ini menjadikan Masjid Muhammad Cheng Ho sebagai destinasi yang lengkap, menawarkan keindahan, pengetahuan, dan pengalaman yang tak terlupakan.
Kunjungan saya ke Masjid Muhammad Cheng Ho Randomayang, Pasangkayu, meninggalkan kesan mendalam. Masjid ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga simbol keragaman budaya yang harmonis di Sulawesi Barat. Melihat betapa besar potensi yang dimiliki masjid ini, saya berharap pengelolaan dan pemanfaatannya dapat terus ditingkatkan. Dengan demikian, masjid ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Keberadaan masjid ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai dan merangkul perbedaan. Dalam keberagaman, kita dapat menemukan keindahan dan kekuatan yang luar biasa. Masjid Muhammad Cheng Ho adalah bukti nyata bahwa perbedaan budaya bukanlah penghalang, tetapi jembatan yang menghubungkan kita semua.
Hujan gerimis mengiringi langkah saya meninggalkan masjid. Malam itu akan terpatrii sebagai malam yang penuh makna, di mana saya menyaksikan harmoni budaya dalam bingkai keislaman. Semoga Masjid Muhammad Cheng Ho terus menjadi simbol perdamaian dan kerukunan, serta membawa berkah bagi masyarakat Sulawesi Barat dan Indonesia.