Pada Jumat, 02 Agustus 2024 saya diberi amanah untuk menggantikan khatib yang berhalangan hadir di Masjid Babul Jannah. Meskipun mendadak, saya berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyampaikan pesan yang bermakna bagi jamaah yang hadir.
Saat adzan berkumandang, jamaah mulai berdatangan. Masjid kecil di belakang rumah ini perlahan-lahan terisi dengan wajah-wajah yang penuh harapan dan keikhlasan. Setelah shalat sunnah, saya naik mimbar dengan hati yang berdebar, namun penuh keyakinan bahwa Allah akan membimbing saya dalam menyampaikan khutbah kali ini.
Saya memulai khutbah dengan mengucap syukur dan pujian kepada Allah SWT:
الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
Tema khutbah yang saya pilih adalah tentang pentingnya mensyukuri nikmat kemerdekaan dan rasa aman. Saya mengajak jamaah untuk merenungkan betapa besar nikmat tersebut dan bagaimana kita harus menjaga serta mensyukurinya. Saya memulai dengan mengutip firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 286:
“لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ”
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap nikmat yang Allah berikan, termasuk nikmat kemerdekaan dan rasa aman, adalah sesuai dengan kemampuan kita untuk menjaganya dan memanfaatkannya dengan baik.
Saya juga menyampaikan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس: الصحة والفراغ”
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu olehnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”
Dalam konteks kemerdekaan, sehat dan waktu luang adalah bagian dari rasa aman yang harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik-baiknya.
Kemudian, saya mengutip firman Allah SWT dalam surah Quraisy ayat 4:
“الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ”
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah telah memberikan kita rasa aman dari segala bentuk ketakutan. Oleh karena itu, kita harus menjaga rasa aman ini dengan menjauhi segala bentuk kezaliman dan kekerasan. Saya juga menyampaikan hadits dari Imam Muslim:
“المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده”
“Seorang muslim adalah orang yang orang-orang muslim lainnya selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya.”
Ini menunjukkan bahwa menjaga rasa aman adalah tanggung jawab kita bersama sebagai umat Islam.
Saya menutup khutbah dengan doa agar kita semua selalu diberikan rasa aman dan kemerdekaan yang hakiki, serta kemampuan untuk mensyukurinya. Semoga kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu bersyukur dan diberkahi di dunia dan di akhirat:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Setelah khutbah selesai, saya turun dari mimbar dengan hati yang lega. Saya perhatikan Jamaah tampak menyimak dan tidak tertidur. “Mungkin karena durasi khutbah yang agak cepat dan pendek yah” ujarku dalam hati sesaat siap turun dari mimbar.
Saya berharap pesan yang disampaikan dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan dan rasa aman yang telah Allah anugerahkan di bulan Agustus Ceria ini.