“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya…”
Lagu Indonesia Raya menggema di Kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Barat, Selasa pagi, 1 Juli 2025. Di ruangan ini, bukan hanya semangat kebangsaan yang dikumandangkan, tetapi juga tekad sebuah daerah untuk terus bergerak dengan satu kata kunci yaitu inovasi.
Sulawesi Barat, provinsi muda yang lahir tahun 2004, belum selesai menyusun mosaik kemajuannya. Tapi pagi ini, di hadapan para operator dan agen perubahan dari berbagai OPD, Kepala Bapperida, Junda Maulana, menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar sambutan. Ia menyampaikan kegelisahan. Sekaligus harapan.
“Inovasi itu bukan soal ikut-ikutan tren atau sekadar mengejar nilai RPJMD. Inovasi itu tentang menjawab persoalan-persoalan nyata, dengan cara-cara yang tak biasa,” ucapnya lantang, mengenakan seragam abu-abu berlogo KORPRI dan nama yang terpampang jelas di dada sebelah kanan.
Di hadapannya, duduk para peserta yang diharapkan menjadi penggerak dari balik layar termasuk saya yang di harapkan menjad teknisi sistem, analis kebijakan, dan pemikir-pemikir kecil yang sehari-hari bergelut dengan dokumen, laporan, dan data. Tapi hari ini, kami tak hanya diajak memahami aplikasi Indeks Inovasi Daerah (IGA) dari Kemendagri, melainkan diminta untuk merombak cara pandang.
Antara Angka dan Asa
“Ekonomi Sulawesi Barat tumbuh, tapi kemiskinan masih 10,71%. IPM bertambah, tapi stunting masih 35,4%. Ini bukan hanya soal angka. Ini soal arah,” tegas Junda.
Dalam forum ini, realitas dipaparkan tanpa polesan. Bahwa Sulbar masih bertengger di papan bawah IPM nasional. Bahwa risiko lost generation membayang karena kualitas pendidikan dan kesehatan anak belum mampu mengimbangi semangat pembangunan infrastruktur.
Tapi justru di sanalah letak peluang. “Inovasi harus menjadi alat lompatan. Kita tidak bisa lagi bekerja linier. Harus eksponensial,” katanya, sembari menyebut konsep PASTIPADU, sebuah sistem integrasi layanan untuk percepatan penanganan stunting dan kemiskinan, Konsep Proyek Perubahan yang beliau gagas yang sedang akan diuji cobakan di beberapa lokus.
Ia menjelaskan inovasi bukan lagi tentang menciptakan yang belum ada. Tapi tentang merombak cara lama yang stagnan menjadi solusi baru yang efektif. Tentang bagaimana seorang ASN mampu menembus batas tugas formalnya. “Kalau kamu hanya berhasil dalam tugasmu, itu biasa. Tapi kalau kamu bisa berhasil di luar tupoksi, itu inovasi.” ujar beliau mengulang pernyataan Pj Bahtiar, pejabat Gubernur Sulawesi Barat tahun 2024 lalu.
Membangun dari Belakang
Ada satu hal yang mengendap dari sesi itu, pemaknaan baru tentang kepemimpinan. “Agen perubahan tidak harus di depan. Bisa saja di tengah, bahkan di belakang,” ujar Junda, merujuk filosofi Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
Sebuah sindiran halus pada budaya birokrasi lama yang menumpuk pujian di satu titik yaitu pimpinan. Padahal, dalam ekosistem inovasi, semua harus bergerak. Semua harus merasa memiliki dan diberi ruang untuk berkreasi. Karena inovasi tanpa kolaborasi hanyalah ego yang dibungkus jargon.
“Inovasi itu kerja tim. Harus fleksibel, harus berani mengambil risiko, dan harus mampu merangkul banyak pihak,” sambungnya.
Tapi keberhasilan inovasi, tetap berpulang pada satu kata kunci yakni leadership. Jika kepala OPD tak punya semangat inovasi, maka seberapa canggih pun sistemnya, ia akan mandek. Di sisi lain, gubernur Sulawesi Barat saat ini, kata Junda, dinilai punya leadership yang mendukung atmosfer kreatif dan kolaboratif.
Inovasi dari Daerah, untuk Indonesia
Catatan dari Bimbingan Teknis Indeks Inovasi Daerah ini bukan sekadar laporan kegiatan. Ini adalah potret kecil dari sebuah perjuangan panjang di daerah pinggiran yang tak ingin tertinggal dalam orkestrasi pembangunan nasional.
Sebab, seperti yang ditutup dengan pantun oleh panitia Pelaksana, Muh Saleh, yang namanya sama dengan nama saya :
“Inovasi jadi langkah nyata,
Menuju Sulbar Maju dan Sejahtera.”
Dan di tengah himpitan data kemiskinan, IPM rendah, serta risiko stagnasi pembangunan, Sulawesi Barat memilih satu jalan yaitu jalan perubahan. Lewat cara-cara baru. Dengan semangat baru.
Bukan dari pusat. Tapi dari daerah. Bukan oleh elite. Tapi oleh tim kecil yang hari itu menyanyikan Indonesia Raya, bukan hanya sebagai lagu… tapi sebagai janji menuju Sulawesi Barat Maju Sejahtera.