Di tengah gelapnya pagi, ketika sebagian besar manusia masih terlelap dalam mimpi, ada sekelompok kecil hamba yang telah bangun. Mereka bukan para pengusaha sukses atau politisi terkenal. Tapi mereka adalah orang-orang yang mengejar kekayaan dengan cara yang tak biasa melalui dua rakaat sebelum Subuh.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Rakaat sunnah Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
(HR. Muslim)
Pernyataan ini bukan metafora spiritual kosong. Ini adalah tawaran langit yang menantang logika dunia, dua rakaat ringan yang nilainya melampaui tumpukan emas, properti mewah, atau rekening bank ratusan juta. Ini tentang menanam investasi spiritual di saat dunia masih memeluk kantuknya.
Bagi laki-laki, panggilan ini lebih dari sekadar ibadah, ia adalah kehormatan. Karena Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa sholat Subuh berjamaah, maka dia berada dalam jaminan Allah.”
(HR. Muslim)
Datang ke masjid dalam gelap, menembus dinginnya pagi, bukanlah perkara sepele. Ini bukan ritual kosong, tapi bentuk nyata ketundukan dan komitmen kepada Tuhan yang Maha Kaya. Di saat jalanan masih lengang, dan suara adzan bergema di udara pagi, para pejuang Subuh melangkah dengan yakin untuk mengejar sesuatu yang lebih dari sekadar dunia.
Jika kita percaya bahwa kekayaan sejati bukan hanya soal angka di layar ATM, maka Subuh adalah awal yang agung. Dua rakaat sebelum Subuh bukan sekadar sunnah, ia adalah pintu rezeki, pelindung hari, dan simbol kemuliaan ruhani.
Mari bertanya pada diri kita masing – masing,
Apa yang sedang kita kejar di dunia ini, jika bukan keberkahan dan ketenangan?
Lalu mengapa kita enggan bangun demi dua rakaat yang nilainya lebih dari seluruh isi bumi?
Pagi adalah milik mereka yang bangun lebih dulu.
Dan dunia, sejatinya, milik mereka yang meraih ridha Allah, Sang Penguasa Langit dan Bumi lebih awal, mereka yang telah bergerak dan beraktifitas sejak Subuh.