Pada tahun 2013 IPM Provinsi Sulawesi Barat menempati peringkat ke dua puluh delapan secara nasional. Walaupun demikian Indikator Usia Harapan hidup Provinsi Sulawesi Barat menempati rangking dua puluh lima secara Nasional pada tahun yang sama.
Selama kurun waktu sembilan tahun, dari tahun 2004-2013, IPM Provinsi Sulawesi Barat meningkat 7,05 persen. Posisi IPM terakhir tahun 2013 berada pada level 71,41; sedangkan pada tahun 2004 adalah pada level 64,36. Peningkatan nilai IPM tersebut menandakan bahwa pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Barat dari segi kesehatan (umur harapan hidup), pendidikan dan ekonomi (pendapatan per kapita) semakin membaik dari waktu ke waktu.
Berdasarkan skala internasional, capaian IPM dikategorikan menjadi kategori tinggi (IPM ≥ 80), kategori menengah atas (66 ≤ IPM ≤ 80), kategori menengah bawah (50 ≤ IPM ≤ 66), dan kategori rendah (IPM < 50). Angka IPM Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013 termasuk dalam kategori menengah atas.
Pencapaian pembangunan manusia yang tercermin melalui IPM bukan semata-mata hanya diukur dari tingginya capaian IPM saja. Namun juga perlu dikaji lebih dalam lagi sejauh mana kecepatan pembangunan manusia pada suatu periode tertentu. Proses pencapaian pembangunan manusia inilah yang menjadi poin penting karena secara filosofi untuk mencapai suatu rangking atau posisi yang baik diperlukan effort lebih. Oleh karena itu berkaitan dengan IPM, tidak hanya dihitung posisinya saja tetapi juga dihitung kecepatan pencapaian IPM atau biasa disebut reduksi shortfall. Reduksi shortfall menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal.
Selama periode tahun 2004-2013, seluruh komponen pembentuk IPM tumbuh positif . Komponen rata-rata lama sekolah (MYS) adalah komponen pembentuk IPM yang pertumbuhannya paling tinggi diantara komponen lainnya. Walaupun trend reduksi shortfall tumbuh positif, namun perlu ditingkatkan lagi terutama untuk komponen angka harapan hidup (AHH) dan angka melek huruf (AMH).