Pagi itu, langit Makassar tak banyak bicara. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin bergerak dengan kesibukan khasnya, deru koper yang digeret buru-buru, pengumuman boarding yang berulang, dan suara anak kecil yang memecah pagi.
Di tengah itu semua, saya duduk di salah satu kursi Gate 6, sesuai dengan informasi yang tertera di tiket. Namun seperti halnya banyak perjalanan hidup, rute kadang berubah. Seorang petugas bandara menginformasikan bahwa penerbangan saya, Pelita Air tujuan Jakarta, berpindah ke Gate 3.
Pukul 08.17, saya sempat mengabadikan momen saat burung besi bernama Pelita Air itu merapat ke garbarata. Sebuah pesawat dengan konfigurasi kursi 31 baris x 6. Tampak bersih, segar, seolah baru lahir dari hanggar pabrik. Beberapa menit kemudian, tepat pukul 08.45, boarding dimulai, ini sesuai jadwal. Tanpa drama, tanpa molor.
Saya menempati kursi 28E di kelas ekonomi, dan harus saya akuibahwa ini cukup lega untuk tubuh dengan tinggi 170 cm. Tidak ada kesan berdesakan. Tidak pula perlu mengorbankan lutut demi kenyamanan. Untuk sebuah penerbangan domestik, ini adalah kemewahan yang tak banyak maskapai berikan lagi hari ini.
Yang menarik, harga tiketnya pun bersahabat. Tidak perlu menjebol dompet untuk terbang pagi ke ibukota. Dan seperti membawa kejutan kecil dari rumah, di atas pesawat saya disambut dengan satu potong roti, snack ringan, dan sebotol air mineral mini. Tak banyak, tapi cukup untuk mengganjal rasa.
Pelita Air memberikan kesan pertama yang menjanjikan: tepat waktu, kabin bersih, awak yang ramah, dan kursi yang tidak menyiksa. Dalam dunia penerbangan domestik yang penuh ketidakpastian, on-time performance bukan cuma statistik tapi ia adalah kepercayaan. Dan pagi itu, Pelita Air menepatinya.
Saya terbang dari Makassar ke Jakarta bukan hanya berpindah kota. Saya seperti ditawarkan pilihan baru, pilihan maskapai dengan layanan yang jujur dan wajar, tanpa perlu slogan bombastis.
Jika ini awal dari sesuatu yang besar, semoga Pelita Air terus menjaga ritmenya. Karena langit Indonesia terlalu luas untuk diisi oleh segelintir pemain lama saja.