Dalam setiap organisasi, baik itu di sektor pemerintahan, bisnis, maupun sosial, peran seorang pemimpin sangat menentukan arah dan keberlangsungan organisasi tersebut. Pemimpin yang tepat dengan kepemimpinan yang kuat akan membawa organisasinya menuju kesuksesan. Sebaliknya, pemimpin yang lemah, tidak kompeten, atau bahkan memiliki niat buruk dapat menghancurkan organisasi dari dalam.
Sejarah telah banyak mencatat betapa banyaknya organisasi yang runtuh akibat kesalahan dalam memilih atau menentukan pemimpin puncaknya. Kesalahan ini bisa berawal dari minimnya pengalaman, kurangnya visi, atau bahkan kepentingan pribadi yang mengalahkan kepentingan bersama. Seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas cenderung memprioritaskan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, sehingga mengorbankan kesejahteraan anggota organisasi dan merusak kepercayaan yang telah dibangun.
Salah satu bentuk kebobrokan kepemimpinan yang paling berbahaya adalah praktik pungutan dari atasan kepada bawahan. Ini bukan hanya bentuk penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga merupakan bentuk korupsi terburuk yang dapat menghancurkan moral dan etos kerja dalam organisasi. Pungutan seperti ini menciptakan budaya ketakutan, ketidakadilan, serta menurunkan motivasi kerja para bawahan. Dalam jangka panjang, praktik ini akan menyebabkan kehancuran organisasi karena hilangnya kepercayaan dan profesionalisme.
Oleh karena itu, pemilihan pemimpin harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, berdasarkan kapasitas, integritas, serta rekam jejak yang jelas. Pemimpin yang baik tidak hanya mampu membawa organisasi mencapai tujuannya, tetapi juga memastikan adanya budaya kerja yang sehat, transparan, dan berkeadilan.