• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Home
  • Tentang Saleh Mandar
  • Kabar Berita
  • Catatan Lepas
    • Tips Desain
    • Cerita Kampus
    • Cerita ASN
    • Cerita Relawan
  • Analisis Data
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Saleh Mandar
  • Kabar Berita
  • Catatan Lepas
    • Tips Desain
    • Cerita Kampus
    • Cerita ASN
    • Cerita Relawan
  • Analisis Data
  • Kontak
No Result
View All Result
No Result
View All Result

Senja, Sunyi dan Jembatan Gantung

adminsaleh by adminsaleh
July 6, 2025
Home Artikel
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah serangkaian diskusi santai tentang digitalisasi kesehatan, kami melangkah ringan menuju sebuah jembatan gantung yang menjadi penghubung lama di tengah bentang alam Kalumpang. Di kejauhan, Gunung Paken berdiri megah seperti penjaga sunyi yang tak pernah lelah mengawasi. Di puncaknya, tersembunyi sebuah kampung kecil bernama Paken, desa di atas langit yang dulu hanya terdengar dalam cerita-cerita warga.

Jembatan gantung itu sendiri telah berubah. Lantai kayu yang dulu rapuh kini diganti dengan baja ringan. Tapi gemuruh sungai di bawahnya tetap sama. Deras, dingin, dan jernih. Di pinggirannya, perahu kecil “kalotok” masih setia bersandar, seperti tak pernah terusik waktu.

Saya duduk sejenak, membiarkan suara sungai dan desir angin menerpa wajah. Kalumpang sore ini adalah pertemuan antara alam, waktu, dan perasaan yang tak bisa dituliskan hanya dengan data dan angka capaian program.

Langit mulai menguning keemasan. Lapangan bola sederhana di tengah kampung menjadi pusat semesta sore ini. Anak-anak muda bermain voli penuh semangat, menggiring bola dengan tawa dan peluh.

Pemandangan yang unik membingkai lapangan itu, sebuah gereja tua berdiri di atas bukit. Ia tak hanya menjadi penanda keyakinan, tapi juga simbol harmoni dalam keberagaman yang tenang di tanah Kalumpang. Tak ada hiruk-pikuk, hanya kehidupan yang berjalan selaras, senyap namun hangat.

Menjelang magrib, langkah kaki membawa saya ke Masjid Alquba. Saya pernah beberapa kali sholat di sini dalam kunjungan-kunjungan sebelumnya. Kali ini, masjid itu tampak berbeda lantainya sudah berkeramik, dan atapnya bergaya modern. Tapi keheningan dan keintiman tempat ibadah ini tetap utuh.

Imam tidak hadir malam itu. Tanpa banyak kata, saya didaulat menjadi imam. Ada tiga orang berdiri di belakang saya. Kalumpang agak sepi karena banyak warga tengah berkumpul di Karama, malam ini adalah malam lamaran bidan Puskesmas Karama dengan driver ambulans Puskesmas Kalumpang. Besok, mereka menikah.

Sholat di masjid kecil, bersama tiga orang jamaah, dikelilingi sunyi dan malam yang belum gelap benar, membawa saya pada renungan dalam. Ada rasa khidmat yang tak saya temui di masjid besar dan penuh jamaah di kota.

Malam menjemput, dan saya menginap di rumah Izzink, nama akrab dari Indra Ningsih, teman letting sekaligus rekan seasrama saya saat kuliah di Makassar belasan tahun lalu. Rumahnya sederhana tapi hangat, seperti biasa. Tak terasa, hampir 19 tahun telah berlalu sejak pertama kami saling kenal.

Saya juga bertemu dengan Risnanto, teman lama yang kini rambutnya telah memutih sebagian. Sebuah cermin kecil bahwa usia terus berjalan meski kita kerap lupa.

Malam setelah Isya berlalu , Desi teman seasrama di Kampus puluhan tahun lalu juga berkunjung bersama dengan anaknya yang seorang anak karate. Dengan anak yang sudah berusia 9 tahun, sama dengan usia anak pertama saya, Abdullah Azzam.

Namun di antara pertemuan, senyum, dan obrolan ringan, ada satu hal yang membuat perjalanan ini lebih istimewa dari sebelumnya, untuk pertama kalinya saya ke Kalumpang bersama seorang perempuan yang telah menancapkan cintanya di hati saya.

Tak perlu nama disebut, karena perasaan lebih fasih dalam diam.

Malam ditutup dengan makan malam sederhana, ayam kampung dimasak dengan bawang, merica, dan serai. Rasanya tak kalah dengan restoran mahal di kota, karena yang membumbui adalah tawa, cerita lama, dan kehangatan rumah.

Kalumpang, seperti biasa, tak pernah menyajikan gemerlap. Tapi ia selalu meninggalkan kesan yang tak bisa hilang begitu saja. Di antara jembatan gantung, sungai deras, lapangan kampung, dan masjid kecil saya menemukan sesuatu yang lebih penting dari capaian transformasi digital yaitu saya menemukan kembali bagian dari diri saya sendiri.

Dan malam ini, Kalumpang bukan lagi sekadar tempat di peta. Ia telah menjadi ruang kenangan yang akan saya bawa pulang dalam diam, dalam ingatan.

adminsaleh

adminsaleh

Next Post
Jembatan Gantung Reot dan Akses Puskesmas yang tak bersahabat di Karama

Jembatan Gantung Reot dan Akses Puskesmas yang tak bersahabat di Karama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended.

Pelatihan jaringan dan Komunikasi Data

April 12, 2011
Baca Buku Ayo bertandang ke Kata Kerja Makassar

Baca Buku Ayo bertandang ke Kata Kerja Makassar

September 12, 2018

Trending.

Memahami Desain Grafis

12 Prinsip Hirarki Visual yang Perlu Diketahui Desainer

February 13, 2019
Catatan Prevalensi Balita Stunting di Sulawesi Barat

Catatan Prevalensi Balita Stunting di Sulawesi Barat

June 17, 2024
Jalan Sahabat yang Tak Bersahabat

Jalan Sahabat yang Tak Bersahabat

November 26, 2018
HIV dan AIDS, Epidemi Diam-diam yang Terus Menggerogoti Indonesia

HIV dan AIDS, Epidemi Diam-diam yang Terus Menggerogoti Indonesia

June 26, 2025
Penerbangan Subuh, Percakapan dengan Andi, dan Janji Garuda di Langit Timur

Penerbangan Subuh, Percakapan dengan Andi, dan Janji Garuda di Langit Timur

June 18, 2025

Share Your Knowledge For Better Life

Follow Us

Categories

  • Analisis Data
  • Artikel
  • ASNeurship
  • Berita
  • Catatan Lepas
  • Cerita ASN
  • Cerita Kampus
  • Cerita Relawan
  • Infografis
  • Tips Desain

Tags

dinkes sulbar FKM Unhas flp Forum Lingkar Pena Kesmas Unhas masjid cheng ho sulbar puskesmas malunda rekam medis elektronik rme salehmandar saleh mandar sulawesi barat sulbat

Recent News

Kelas Inspirasi “Bangun Mimpi Anak Indonesia” Ajakan Terbuka untuk Profesional di Kelas Inspirasi Mamuju 8

Kelas Inspirasi “Bangun Mimpi Anak Indonesia” Ajakan Terbuka untuk Profesional di Kelas Inspirasi Mamuju 8

July 16, 2025
Tuberkulosis Masih Menghantui Sulawesi Barat, Mengurai Capaian dan Tantangan Penanggulangan TBC di Tahun 2025

Tuberkulosis Masih Menghantui Sulawesi Barat, Mengurai Capaian dan Tantangan Penanggulangan TBC di Tahun 2025

July 15, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2021 Salehmandar.com - Support by MW.

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Saleh Mandar
  • Kabar Berita
  • Catatan Lepas
    • Tips Desain
    • Cerita Kampus
    • Cerita ASN
    • Cerita Relawan
  • Analisis Data
  • Kontak

© 2021 Salehmandar.com - Support by MW.