Menjelang sore pada hari Jumat yang cerah, saya memulai perjalanan pertama saya menuju Puskesmas Motu yang terletak di Kecamatan Baras. Perjalanan ini ibarat rihlah yang tertunaikan sejak direncanakan beberapa tahun silam. Tepat pukul 14.00 WITA, setelah menyelesaikan sholat Jumat, kami meninggalkan Pasangkayu dengan penuh semangat. Tujuan kami adalah untuk melanjutkan misi: implementasi rekam medis elektronik (RME) di Puskesmas Motu.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar satu setengah jam ini ditemani oleh suasana yang tenang dan pemandangan hijau khas Sulawesi Barat. Menjelang waktu Ashar, kami tiba di Puskesmas Motu. Sambutan hangat menanti kami, dimulai dengan jamuan makan siang yang sangat kami nantikan mengingat tim belum sempat makan siang di Pasangkayu.
Rumah makan Maha Sedap, yang kami kunjungi sebelum sampai di Puskesmas, menyajikan berbagai hidangan lezat. Saya memesan konro, meski awalnya mencari ayam kampung yang ternyata tidak tersedia di sana. Hidangan yang hangat dan lezat memberikan energi tambahan bagi kami untuk melanjutkan tugas penting hari itu.
Sesampainya di Puskesmas Motu, kami disambut dengan keramahan yang luar biasa. Puluhan staf puskesmas telah menunggu kehadiran kami. Wajah-wajah ceria dan senyum lebar menyambut kami, sementara pisang goreng yang menggoda telah tersaji di meja. Suasana hangat ini memberikan semangat lebih untuk menjalankan misi kami.
Pak Madhur, rekan dari Kominfo yang telah bekerja sama dengan kami dalam beberapa bulan terakhir, segera memeriksa kondisi server di puskesmas tersebut. Server yang digunakan ternyata merupakan pengadaan tujuh tahun silam. Meskipun cukup tua, kami berharap server tersebut masih bisa dioptimalkan untuk mendukung sistem baru yang akan kami implementasikan.
Sementara itu, saya memulai pelatihan bagi tim puskesmas dengan menggunakan aplikasi yang saya atur melalui localhost di laptop. Aplikasi yang kami gunakan adalah RME Simkes Khanza, sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Yayasan SIMRS Khanza Indonesia. Aplikasi ini bersifat open source dan gratis, sehingga sangat cocok digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan keterbatasan anggaran, seperti Puskesmas Motu.
Pelatihan dimulai dengan memperkenalkan fitur-fitur dasar dari aplikasi tersebut. Kami memulai dari menu registrasi pasien, yang merupakan langkah pertama dalam proses rekam medis elektronik. Tim puskesmas sangat antusias dan cepat memahami setiap langkah yang saya jelaskan. Keterlibatan aktif mereka dalam pelatihan ini menunjukkan betapa pentingnya transformasi digital ini bagi mereka.
Selanjutnya, kami melanjutkan ke menu pemeriksaan medis. Aplikasi ini memungkinkan dokter dan perawat untuk mencatat hasil pemeriksaan pasien secara elektronik, menggantikan metode manual yang selama ini digunakan. Fitur ini tidak hanya mempercepat proses pencatatan, tetapi juga meningkatkan akurasi data medis pasien.
Sesi berikutnya adalah tentang pengelolaan resep dan obat. Tim puskesmas belajar bagaimana mencatat resep secara digital dan mengelola stok obat dengan lebih efisien. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk mengingatkan petugas jika stok obat mulai menipis, sehingga dapat dilakukan pemesanan sebelum stok habis.
Tak terasa, waktu terus berjalan dan sudah menunjukkan pukul 20.00 WITA. Meskipun waktu berlalu begitu cepat, banyak hal yang telah kami capai malam itu. Kami berhasil menyelesaikan pelatihan untuk semua fitur utama dari aplikasi RME Simkes Khanza. Respon positif dan antusiasme dari tim puskesmas memberikan energi tambahan bagi kami untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.
Setelah merapikan peralatan, kami bersiap untuk bergeser ke Puskesmas Sarudu 1, yang merupakan tujuan berikutnya. Namun, sebelum meninggalkan Puskesmas Motu, kami mengadakan diskusi singkat dengan kepala puskesmas dan beberapa staf mengenai tantangan dan harapan mereka terkait implementasi RME ini. Keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas di puskesmas menjadi salah satu tantangan utama. Namun, mereka berkomitmen untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan kebijakan yang ada.
Transformasi kesehatan melalui digitalisasi layanan bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, hingga puskesmas. Namun, kami yakin bahwa dengan kerja sama yang baik, semua tantangan ini dapat diatasi. Pengalaman di Puskesmas Motu menunjukkan bahwa meskipun ada banyak rintangan, semangat dan dedikasi dari para tenaga kesehatan di lapangan adalah kunci keberhasilan.
Selama perjalanan menuju Puskesmas Sarudu 1, saya merenung tentang pentingnya digitalisasi dalam pelayanan kesehatan. Transformasi ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan efisien kepada masyarakat. Penerapan RME adalah langkah besar menuju masa depan yang lebih baik bagi pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat.
Kembali ke Mamuju pada larut malam, kami merasa puas dengan apa yang telah dicapai. Meskipun lelah, semangat teman-teman di Puskesmas Motu memberikan inspirasi dan motivasi bagi kami untuk terus bekerja keras. Perjalanan ini bukan hanya tentang tugas, tetapi juga tentang membangun hubungan dan memahami tantangan yang dihadapi oleh puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Melalui perjalanan ini, saya belajar bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil dalam transformasi digital dapat memberikan dampak besar. Kerjasama, dedikasi, dan semangat dari semua pihak adalah kunci keberhasilan. Transformasi digital dalam layanan kesehatan adalah perjalanan panjang, tetapi dengan komitmen bersama, kita dapat mencapainya.
Pengalaman di Puskesmas Motu adalah salah satu momen berharga dalam perjalanan kami. Ini adalah cerita tentang harapan, kerja keras, dan semangat untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Kami akan terus berusaha dan bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap puskesmas di Sulawesi Barat dapat mengimplementasikan RME dengan sukses. Dengan demikian, kita dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih efisien kepada masyarakat.